hidup ini indah meski tak mudah

hidup ini indah meski tak mudah
hidup ini indah meski tak mudah

Kamis, 25 April 2013

Ayo Sekolaaaahhh


Ketika mendengar kata “pendidik”, yang ada di kepala kita biasanya sebuah sosok yang berdiri di depan kelas dan mengajar. Seorang guru. Padahal, pendidik itu tidak melulu hadir dalam sosok seorang manusia yang berprofesi sebagai seorang guru. Bisa saja seorang pendidik itu hadir dalam sosok orangtua, teman, manusia lainnya, bahkan kejadian-kejadian yang membuat kita menjadi lebih cerdas dan bijak.

Seorang pendidik yang baik, tidak hanya membuat para muridnya menjadi pintar dan hafal semua rumus dan istilah-istilah yang dianggap penting, tapi juga seseorang yang harus mampu membuat anak didiknya menjadi manusia yang lebih cerdas dan bijak. Lalu apa cerdas dan bijak itu?

GURU FUNKY KU


Sepanjang pertemanan kita
sudah berapa nama laki-laki yang kita sebut,
baik dari bibirmu, mau pun dari bibirku?

Lalu,

Sudah berapa gelas
wedang jeruk
yang kita habiskan saat bertemu,
dan berapa ratus
porsi ikan bakar yang kita santap?

Juga,

Sudah berapa kali sepasang telingamu
jadi yang pertama mendengarnya?
Dan mulutmu jadi yang pertama memberi selamat,
atau memberi penghiburan yang tak sekedar?

Jadi,

Sudah berapa banyak hutangku padamu?
Belum lagi hutang doa di setiap sujudmu
dan hutang tulisan yang tak jadi kubayar?

Bu Guru Funky,

Teruslah menjadi guru untuk batinku ketika sakit.
Teruslah menjadi mataku ketika aku jatuh cinta.
Teruslah menjadi sumsum bagi tulangku ketika aku patah semangat.

Stay funky, loving, and gaul, Miss
...
Aku sayang kamu
...
Mungkin sudah sejak ratusan tahun lalu
saat kita bertemu di istana biru itu.

Baterai


Kata orang, kita harus selalu berpikir positif. Tapi kurang lebih dua minggu yang lalu saya belajar satu hal: Tidak semua yang positif itu baik. 

Berawal dari pengakuan seorang teman yang mendadak mengatakan pada saya, “Gue positif.” Dan saya sungguh mengerti apa kata arti “positif” dalam kalimatnya, tanpa harus bertanya. Saya terhenyak, tapi berusaha untuk tetap tenang. Ekspresi wajah saya pun ketika itu (mudah-mudahan, sepertinya) biasa saja. Bukan saya tidak bersimpati, atau sudah menduga sebelumnya, tapi karena saya tidak ingin mendramatisir suasana. Kalau saya menunjukkan rasa iba saya, dia akan semakin sedih. Perasaan itu adalah hal yang paling gampang menular. Saya ingin dia kuat, karenanya saya mencoba untuk “biasa saja”.


Hal positif lainnya yang sebenarnya negatif adalah ketika seorang perempuan yang belum siap untuk menimang anak menemukan test urinnya positif. Anak memang adalah hal positif, karena anak adalah hadiah dari Tuhan. Tapi tidak semua yang baik itu tiba di waktu yang tepat. Salahkah timing Tuhan? Tidak. Tuhan tidak pernah salah, dan Tuhan selalu punya waktuNya sendiri. Lalu mengapa ada kehamilan di luar nikah, sementara ada orang yang lama menikah tapi belum juga dikaruniai anak?

Mungkin karena yang belum menikah dianggap Tuhan sudah siap mempunyai anak, dan justru yang sudah menikah memang menurutNya belum siap untuk diberi rejeki sebesar itu. Mungkin. Siapalah kita ini, sehingga kita dapat menyelami dalamnya pikiran Tuhan?

Kembali ke masalah positif tadi.

Saya sungguh setuju dengan pemikiran bahwa sikap dan pemikiran yang positif lebih baik dari pesimisme. Tapi ada kalanya orang jadi dibutakan oleh sikap dan pemikiran positif sampai tidak mampu berpikir lagi secara realistis. 

Manusia memang harus punya iman dan punya harapan, tapi bukan berarti lalu jadi harus lengah ketika ada hal buruk datang dan menghancurkan harapan-harapannya. Justru pemikiran negatif masih diperlukan, seperti kata pepatah usang yang membosankan itu: Sedia payung sebelum hujan.

Bisa jadi memang saya manusia yang kurang beriman ya? Tapi sejauh ini, saya merasa bahwa ketika saya terpuruk, saya tidak pernah berada di keterpurukan saya dalam waktu yang terlalu lama dan dalam lubang yang terlalu dalam. Karena selain punya sisi positif, saya juga selalu punya persediaan rasa negatif dalam kantung saya - yang saya tebarkan ketika saya berjalan menggapai harapan saya.

Tidak semua hal yang baik itu positif, dan tidak semua yang buruk itu negatif. Seperti mata uang, sebaik-baiknya suatu hal dan seburuk-buruknya sesuatu, pasti memiliki keduanya: sisi positif dan sisi negatif. Yang penting, jangan pernah menyerah. Itu saja.

Seperti halnya sebuah baterai. Ia tidak mungkin menggerakkan apa pun jika tidak punya sisi negatif dan kedua kutubnya positif semua. Ya kan?

Saya tahu. Kamu pasti akan menjawab dengan “ya” :))

Rabu, 10 April 2013

Tempatkan Aku Selalu


Tempatkan aku di awal harimu,
maka di situlah aku akan berada.

Tempatkan aku di tengah harimu,
maka di situlah aku akan berada.

Tempatkan aku di akhir harimu,
maka di situlah aku akan berada.

Tempatkan aku di saat kau ingat saja,
maka jangan salahka
n jika aku akhirnya melupakanmu.

Tempatkan aku di saat kau kesepian saja,
maka jangan salahka
n jika aku akhirnya melupakanmu,

Tempatkan aku di saat kau perlu teman berbagi saja,
maka jangan salahka
n jika aku akhirnya melupakanmu.

Tempatkan aku di saat kau hanya kedinginan saja.
maka jangan salahkah jika aku akhirnya melupakanmu.

Tempatkan aku di saat kau bukan hanya “saja” melainkan  “selalu”,
maka aku akan menjadi selalumu di setiap selalu dalam keadaan selalu sampai selalu.

Rinduku Bunuh Diri


Malam ini rinduku mati bunuh diri. Aku ingin segera menguburnya sebelum berbau busuk, tapi semua lahan sudah terpakai. Tidak ada lagi tanah kosong. Mungkin memang ada yang harus dicongkel dari tanah, supaya rinduku bisa dikubur di sana. Tapi mayat siapa yang harus aku congkel?

Malam ini rinduku mati bunuh diri. Cinta membunuhnya ketika ia lengah. Tidak, aku tidak salah menulis. Rindu adalah Cinta.

Aku benci kamu, cinta.


Bukan Sendal Jepit


Ini hati.
Bukan sendal jepit.
Bukan terbuat dari karet.
Bukan untuk diinjak-injak.

Tidak bisa untuk mengarungi becek dan banjir.
Tidak bisa untuk menepuk lalat dan nyamuk.
Tidak bisa untuk mengganjal pintu dan lemari.

Ini hati.
Bukan sendal jepit.
Hati ini.
Bukan sendal jepit.

Bukan Perempuan Kebanyakan


Aku bukan kebanyakan perempuan
kebanyakan perempuan bukan seperti aku
aku tidak pernah kebanyakan
perempuan lain mungkin banyak
tapi tidak banyak perempuan yang seperti aku
karena aku tidak suka yang kebanyakan

Kamu suka banyak,
atau kamu suka kebanyakan perempuan,
atau kamu suka perempuan banyak?

Aku cuma satu.

Jadi kalau kamu suka yang banyak
carilah yang banyak.

Bukan aku orangnya.

Senin, 08 April 2013

Soundtrack Sinetron Hidup Kita



Ketika kita jatuh suka pada sebuah lagu, entah itu pada pendengaran pertama atau ke sekian kalinya, dan kamu merasa lagu itu begitu pas dengan suasana hatimu saat itu, bisa jadi lagu tersebut adalah sound track sinetron kita di dunia ini...

Kita adalah pemain sinetron kehidupan beribu-ribu episod yang harus menerima berbagai peran dari Sang Sutradara Kehidupan... 

Seperti pagi ini aku merasa pas banget dengerin lagunya Melly,,
Oooohh pagi yang tlah menyapaku di sini, tersenyum padaku seakan dia
mengertiii...
Oooohh manisnya matahari pagi ini, tersenyum padaku seakan dia mengerti...
Tadi malam dia nyatakan cintanya, dia lingkarkan tangannya di pinggangku,
Dan berbisik tahun depan kita pasti bersama dalam bahtera dua insan bercinta...
Hmm.... ;)


Lagu Rindu


Bintang malam, sampaikan padanya, aku ingin melukis sinarmu di hatinya
Embun pagi, katakan padanya, biar kupeluk erat waktu dingin membelenggunya
Tahukah engkau, wahai langit...
Aku ingin bertemu membelai wajahnya,
Ku pasang hiasan angkasa yang terindah, hanya untuk dirinya
Lagu rindu ini kuciptakan, hanya untuk bidadari hatiku tercinta
Walau hanya sederhana, biar ku ungkapkan segenap rasa dan kerinduan...

Ini lagu rindu, lagu yang ingin kunyanyikan, juga lagu yang ingin kudengar saat aku sedang merindu,
Kutitipkan hatiku padamu, dan saat rindu menggebu seperti hari ini, aku ingin menengoknya, apakah hati yang kutitipkan itu masih baik-baik saja...