hidup ini indah meski tak mudah

hidup ini indah meski tak mudah
hidup ini indah meski tak mudah

Jumat, 11 Oktober 2013

AKHIR

Aku selalu bersyukur setiap sebuah akhir datang. Bukan hanya akhir dari sebuah penderitaan atau kesialan, tapi juga akhir dari sebuah kebahagiaan. Kata siapa bahagia tak mengenal akhir? Bahagia harus berakhir, karena yang lebih dari sekadar bahagia akan datang ketika bahagia itu sendiri pergi.

Akhir adalah awal dari sesuatu yang baru. Tanpa akhir, tak akan ada cerita baru yang ditulis, kehidupan baru yang dirayakan. Akhir, sama halnya dengan awal, adalah suatu keharusan.

Tunas yang baru tak akan pernah tumbuh jika tak ada daun kering yang mati dan jatuh.

Di sini akhir dari segalanya.
Di sini yang baru akan segera dimulai.

Rabu, 09 Oktober 2013

SYARAT MATI

Jangan tertipu dengan usia MUDA,
karena syarat mati TIDAK harus TUA.

Jangan terpedaya dengan tubuh yang SEHAT,
karena syarat mati TIDAK mesti SAKIT.

Jangan terperdaya dengan harta kekayaaan,
sebab si kayapun TIDAK pernah memakaikan kain kafan buat dirinya
meski hanya selembar.

Hati Yang Patah

Berapa kali seseorang harus patah hati sebelum menemukan cinta sejatinya?
Sekali? Itu terlalu sedikit. Dan saya percaya, orang yang sering disakiti, ketika menemukan cinta sejatinya akan lebih menghargai orang yang mencintainya dan hati pencintanya itu, dibandingkan dengan orang yang kehidupan percintaannya (relatif) mulus.
Dan orang yang paling beruntung bukanlah orang yang seumur hidupnya mematahkan hati orang lain, tapi orang yang hatinya sering patah, hancur, lalu diinjak oleh orang lain. Mengapa? Karena orang semacam ini menghargai kehidupan dan cinta dengan sangat. Apa yang kita hargai dan cintai, akan kembali menghargai dan mencintai kita. Begitu pun sebaliknya.
Ini bukan sekedar tulisan kecil untuk menghibur diri saya sendiri. Ini tulisan dengan lagu yang membuat pantat, pundak, jemari kaki, dan kepala bergoyang saat mendengarkannya sambil mengetik.
Kamu boleh ikut menari bersama saya sekarang. Sambil menangis pun tak ada yang melarang.
Silakan.


Penyakit Menular

Bertemanlah dengan semua orang, tapi jangan biarkan diri dan hatimu dekat dengan mereka yang membawa pengaruh buruk. Mungkin mereka tidak menyuruhmu untuk berbuat ini dan itu. Merampok bank, misalnya. Tapi pernahkah kamu terpikir sifat yang buruk itu penyakit menular?

Dimulai dari mulut, lalu masuk ke kepala. Diam di situ seperti sekumpulan cacing yang menggerogoti segala hal baik yang ada di sana, lalu masuk ke dalam hatimu. Setelah itu, kehidupanmu lah yang akan dirusaknya.

Tidak ada manusia yang sempurna, tapi jika keburukannya melebihi kebaikannya maka dalam berteman kau akan lebih banyak melakukan hal buruk daripada hal baik. Sebab biasa yang buruk itu lebih kuat dari yang baik, meskipun pada akhirnya kebaikan selalu menang atas kejahatan.

Itu pun jika belum terlambat.


Hadiah di Awal Senja

Siang tadi udara di luar sangat panas. Saya memeriksa suhu udara. Tiga puluh tiga derajat Celcius. Sangat panas. Dan saya tahu, biasanya kalau udara panas seperti itu, pasti sorenya di langit akan ada hiburan buat mata yang sangat indah. Bisa dipastikan, warna langit akan sangat cantik ketika senja turun.

Sama seperti ketika hujan turun lebat. Setelahnya, di langit akan ada senyuman yang paling cantik di alam semesta. Pelangi namanya.

Seperti itulah cinta dan kasih sayang Tuhan kepada saya. Baik ketika matahari menyengat kulit saya tanpa ampun atau ketika hujan membuat seluruh tubuh saya kuyup, Tuhan sebenarnya selalu bersama dengan saya dan tidak pernah meninggalkan saya. Di akhir semua kesedihan dan kesusahan, ada keindahan yang telah Dia siapkan untuk saya nikmati.

Saya t
adi sempat membatin dalam hati saat matahari membutakan jarak pandang saya tadi, “Saya tidak ingin melihat warna senja yang cantik kalau harus mengalami hari sepanas ini dulu sebelumnya.” Saya lalu menyalakan pendingin ruangan dan tidur.

Sore tadi, saya tidak menikmati apa yang telah Dia lukiskan di atas langit dan untuk saya nikmati. Padahal itu gratis, dan hadiah dari sebuah siklus yang harus saya alami. Ibarat atlit yang mengikuti sebuah lomba hingga detik terakhir, tapi lebih memilih untuk meninggalkan arena sebelum hadiah dibagikan. Siapa yang bodoh? Ya sayalah, pastinya.

Kalau besok matahari akan berteriak sekencang hari ini, saya akan tetap menyalakan pendingin ruangan, tapi saya mau membuka jendela saat matahari tenggelam. Kalau saya ternyata jatuh tertidur ketika itu, maukah kamu membangunkan saya? :))

Mari Kita Pacaran

Ini cara kita berpacaran, Kekasih. Kita saling jatuh cinta, saling mencintai, lalu saling memelihara cinta yang kita miliki.
Karena ketika aku mencintaiMu dan mensyukuri semua pemberianMu, maka Engkau akan mencintaiku dan membuatku lebih bersyukur lagi.
Karena ketika Engkau mencintaiku dan membuatku bersyukur atas kehidupanku, Engkau semakin membuat aku jatuh cinta lagi kepadaMu.
Lalu tingkap-tingkap langit akan terbuka lebar, dan Surga tak lagi dapat menahan kemurahanMu atas diriku, kekasihMu.


Kecintaanku

Kecintaanku ialah cinta.
Zat yang memberi dan mengambil.
Kekuatan yang menghidupi dan membunuh.
Satu dia.
Cinta.


Selasa, 08 Oktober 2013

Habis Gelap Terbitlah Terang

Entah kenapa, selalu rasanya ada hal buruk yang harus terjadi sebelum hal yang baik datang. Selalu begitu, menurut pengamatan saya dan sepanjang ingatan saya ketika dibentangkan.

Mungkin ini cara alam membersihkan saya dari hal-hal yang buruk, agar kebaikan siap datang dan berdiam. Mungkin ini cara Tuhan mengajarkan saya untuk bersyukur ketika kebaikan datang.

I Love My Writing

I really admire those people who can write happy things when they’re sad, and sad things when they’re happy, for I can’t. I always write how I feel at that very moment.
No matter how happy or how sad a song is, and what kind of memories it brings, it still can’t help me to switch my feeling away into something I don’t feel. I don’t listen to a music when I write, anyway. It’s a distraction to me.

So maybe I’m just a writer who can’t lie to her own feelings, a writer who is too honest with her writings. I am not a truly honest person, but when I write, I have no heart to lie to my own feeling and thought. I can’t. I just can’t.

I love my writings. I am not a well-known writer who has been wishing that someday she will be quite a noted one. I am not a bad writer. I write with my heart, and I know that I don’t have a bad heart.
That’s all that matters, I think.

Untuk Apa Menulis

Saya bertanya dengan diri saya saat ini: Apa gunanya menulis untuk saya, meski tidak untuk mencari uang?

Jawabannya ternyata banyak.

Dengan menulis, saya berdialog dengan diri saya sendiri.
Dengan menulis, saya menghibur diri saya sendiri.
Dengan menulis, saya menjaga kewarasan saya sendiri.
Dengan menulis, saya bisa menjadi apa saja dan pergi ke mana saja yang saya mau.

Karena menulis, saya bertemu dengan teman-teman baru yang menyenangkan dan sepemikiran.
Karena menulis, saya tidak perlu berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Karena menulis, pintu-pintu banyak yang dibukakan untuk saya.
Karena menulis, saya jadi terus belajar mengenal diri saya sendiri dan orang lain.

Buatmu, apa gunanya menulis?

Tentang Menulis dan Tulisan

Menyenangkan adalah membaca tulisan yang dapat menyelipkan rasa manis saat bercerita tentang kegetiran. Itu luar biasa.

Twitter itu “high-light” dari blog seseorang. Kalau tweets-nya menarik, biasanya tulisan panjangnya juga menyenangkan,

Saya termasuk satu dari sekian banyak orang yg beruntung, karena suka menulis. Sebab menulis itu terapi, penyembuh luka :))

Saya menyenangkan diri saya sendiri ketika menulis. Itu catatan perasaan & pengalaman batin saya. Jika ada orang lain yang suka, itu bonus.

Menulis dengan menangis, atau kadang dengan senyum. Sendirian. Bukan karena gila, tapi karena saya sedang mengajak diri saya mengobrol.

Menulis itu menguatkan kalau kamu melakukannya dengan keinginan untuk sembuh. Jika tidak, malah akan memperpuruk.

Sayangnya saya tidak bisa menulis fiksi seperti kebanyakan orang. Saya ingin bisa. Tapi ya sudahlah, yang penting saya menulis & menulis :D

Mungkin tulisan yg bagus itu terbuat dari kejujuran, kesederhanaan berbahasa, tapi kerumitan perasaan, & gak maksa? Gue bukan ahli, jadi ga tau :D


Orang-orang yang puitis itu biasanya perasaannya lembut dan mudah terluka, tapi sanggup mengobati lukanya sendiri :))

Tentang Menulis

Hal yang lucu tentang menulis bebas adalah, aku biasanya hanya punya sebuah kalimat pembuka tanpa punya niat untuk menulis tentang sesuatu. Lalu kemudian menjadi sebuah tulisan yang terdiri dari beberapa ratus huruf. Terjalin begitu saja. Jemari seakan dibimbing oleh hati, dan mereka tinggal menurutinya. Kepala tinggal menyesuaikan irama hati dengan kata-kata yang pas.

Ibaratnya, jika tulisan-tulisanku adalah lagu - maka kepala ada
lah mesin liriknya, dan hati adalah pembuat nadanya. Ketika keduanya bergabung, tulisanku - seaneh dan se-absurd apa pun, adalah lagu, meskipun tidak banyak yang mengerti bagaimana cara untuk menikmatinya. Termasuk aku sendiri mungkin, jika membaca ulang tulisan-tulisan ini lagi beberapa puluh tahun yang akan datang.

Menulis Dengan Cinta

Rasanya ingin menulis terus, terus, dan terus - tanpa tahu apa yang akan ditulis. Senang rasanya bisa menulis karena ingin, bukan karena harus.

Rasanya seperti boleh memakai daster ke pesta tanpa dianggap aneh.
Atau berpakaian pesta ketika tidur tanpa dianggap berlebihan.
Seperti memasak apa saja tanpa peduli dianggap masakan itu tidak enak.
Ah, tapi apa pun yang dibuat dengan hati pasti enak koq. Betapa pahitnya pun daun pepaya atau buah pare, jika dimasak dengan cinta pasti tetap sedap bukan?
Ini sudah 03:01:05 - dan saya bicara tentang cinta. Pasti saya sedang jatuh cinta. Ya, saya selalu jatuh cinta kepada huruf dan kata-kata. Selalu. Dan mereka tidak pernah mematahkan hati saya.

Mari tidur lagi.

KRIM MALAM RASA CINTA

Sesuatu yang dirawat dan diperhatikan dengan baik, pasti akan berterima kasih. Sewajarnya begitu.

Begini. Saya bukan termasuk orang yang suka merawat diri, tapi karena kulit saya berminyak dan pori-pori saya lumayan besar, saya selalu memaksakan diri untuk membersihkan wajah setiap pulang dari mana pun dan mengoleskan krim malam setiap sebelum tidur. Selelah apa pun saya. Sepanjang apa pun hari saya.

Dan karena saya belum mampu untuk merawat wajah saya dengan produk yang harganya mahal, saya merawat wajah saya dengan produk perawatan yang harganya tidak sampai membuat saya mati kelaparan. Dan untungnya, cocok untuk kulit saya. Mungkin memang pada dasarnya kulit saya tahu diri, sama seperti pemiliknya.

Badut Cinta

Mungkin cinta sejati itu adalah cinta pada pandangan pertama. Cinta yang datang begitu saja, tanpa tahu siapa dia, berapa jumlah uangnya di bank, anak siapa dia, seberapa tinggi jabatannya, seberapa hebat dia di ranjang, bahkan apa statusnya. Karenanya, banyak yang menyebut cinta itu buta.

Tapi tunggu.

Bukankah cinta pada pandangan pertama bisa jadi terjadi karena orang itu indah dipandang mata? Lalu sejatikah cinta yang semacam itu? Pemikiran ini lalu menghapus anggapan bahwa cinta itu buta.

Tidak. Cinta tidak pernah buta.

Lalu apakah cinta sejati itu?

Minggu, 06 Oktober 2013

Cinta = Bodoh

Belum pernah aku menjadi sebodoh ini sebelumnya ketika jatuh cinta. Dan aku benci itu. Dan sungguh, aku tidak menikmati dan bangga atas kebodohanku.
Mungkin ini cinta terdalam yang pernah aku punya, sebab itu menjadi yang terpandir? Aku tidak begitu yakin. Aku hanya tahu aku cinta setengah mati kepadanya, dan itu membuatku menjadi bodoh. Lebih bodoh dari bodoh setengah mati.


Dan kenapa Tuhan, jika Engkau mengasihiku, Engkau ijinkan aku menjadi sebodoh ini?